Asal Nama kota KUTACANE

26 01 2013
Panorama Lembah Alas - Kutacane

Panorama Lembah Alas – Kota Kutacane

KUTACANE adalah ibu kota Kabupaten Aceh Tenggara yang terletak ada di kecamatan Babussalam, Provinsi Aceh, Indonesia. Wilayah Aceh Tenggara berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Secara geografis, Kabupaten Aceh Tenggara di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues, di sebelah timur dengan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Aceh Timur, di sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Singkil dan Provinsi Sumatera Utara, dan di sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Selatan. Untuk mengetahui sejarah panjang Kutacane, mari sejenak terlebih dahulu kita kembali ke masa lalu di mana bisa menjadi refrensi bagi teman-teman.

Awal masuknya Belanda ke Gayo-Alas

Belanda yang hampir sudah di pastikan menguasai seluruh pesisir Aceh, mulai berpikir untuk menguasai daerah Pedalaman Aceh, yang mempunyai suku berbeda dari Aceh pesisir. Aceh pedalaman mempunyai dua suku dominan yakni Suku Gayo dan Alas.

Pada bulan Desember 1903, pemerintah kolonial Belanda khusus Tanah Gayo, Alas, dan Batak mengadakan lawatan dinas dari Teluk Aru dan Salahaji ke Kuala Simpang untuk menyelidiki beberapa sengketa yang timbul antara Kejurun Karang, wilayah utama Tamiang, yang berbatasan langsung dengan permukiman Gayo, yang terletak di Krueng Tamiang. Meskipun sudah diketahui sebelumnya banyak orang Gayo terutama dari Gayo Lues, Serbejadi, dan Linge turun ke Tamiang untuk menjual hasil hutan dan ternaknya dan mereka sendiri perlu membeli barang impor. Kunjungan itu benar-benar menunjukkan bahwa kontak penduduk asli dengan pemerintahan Hindia-Belanda jauh lebih besar ketika pegawai Belanda tidak mencatat semua kontak dengan urusan dalam suku-suku independen itu secara sistematis. Bahkan setelah pemerintah Belanda menetapkan bahwa Tanah Gayo dan Alas masuk pemerintahan Aceh dan sudah dipertimbangkan ini menjadi daerah jajahannya dan harus menjadi bawahannya.

Kemudian diutuslah KNIL yang di perkuat 10 brigade marechaussee Belanda yang terkenal akan keganasannya mematahkan semangat perang Fissabilillah Bangsa Aceh. mereka di pimpin oleh Letkol G.C.E Van Daalen. Misi awal Van Daalen yang diembankan Gubernur Militer Aceh ke dia adalah mendamaikan sengketa tersebut dan sekaligus ingin menguasai daerah Gayo-Alas, tetapi tugas itu berubah menjadi pembantaian besar-besaran oleh Van Daalen. Pembantaian yang paling terkenal ini adalah pembantaian di Benteng Kuto Reh (Kuta Rih) di mana lebih dari 164 orang Alas baik pria, wanita dan anak-anak tak berdosa di bantai habis oleh pasukan Van Daalen yang bisa di katakan sebagai misi pembantaian terhadap etnis minoritas suku Alas.

Ini sangat di maklumi karena Van Daalen amat sangat benci dengan Bangsa pribumi di Indonesia khususnya Aceh. Perang Gayo-Alas di mulai pada tanggal 8 Februari 1904 dan berakhir pada 23 Juli 1904, pada tanggal itulah pihak Belanda mengklaim ke dunia luar jika perang Aceh yang telah berlangsung selama 32 tahun itu telah usai dan berakhir di wilayah Gayo-Alas ini. Tetapi lain halnya di dalam Aceh sendiri, perang berskala kecil masih terus terjadi dan meneror pasukan kolonial Belanda di seluruh daerah Aceh, sampai dengan kedatangan Jepang ke Aceh. Menurut sejarahnya Aceh adalah suatu bangsa yang paling lambat masuk ke dalam wilayah taklukan Hindia-Belanda tetapi paling Awal lepas dari Hindia-belanda.

Demikian saja dulu sejarah singkat tentang perang Gayo-Alas yang terjadi di Kuta Rih. Dan mari kita masuk ke pokok permasalahan, bahwa dari analisa yang saya kumpulkan baik yang bersumber dari foto dan refrensi ilmiah, dapat saya simpulkan bahwa kota Kuta Cane di dirikan pada tahun 1904 oleh G.C.E Van Daalen sejak ia masuk ke wilayah ini, dengan markas utamanya terletak di lokasi kantor Mess KODIM 0108 Aceh Tenggara sekarang (samping Lapangan Ahmad Yani).

Tradisi Pemamanen di suku Alas sudah ada sebelum masuk Koonial Belanda ke wilayah Alas

Tradisi Pemamanen di suku Alas sudah ada sebelum masuk Kolonial Belanda ke wilayah Alas

Kuta Cane berasal dari dua suku kata yaitu Kuta dan Cane. Kuta berasal dari bahasa Alas berarti Kota atau Kampung tempat permukiman penduduk, dan Cane berasal dari bahasa Belanda yang artinya Tebu. Kenapa diambil dari bahasa Belanda, mengingat bahwa Belanda lah yang pertama kali menjajah di wilayah Gayo-Alas. Jadi Kuta Cane maksudnya Kota Tebu.

Masuk akal jika dikatakan dulunya daerah Alas ini sebagai kota tebu, karena tradisi suku Alas yang masi dibudayakan sampai saat ini adalah tradisi Pemamanen. Pemamanen adalah tradisi undangan kehormatan atau kunjungan keluarga yang dilakukan secara berkelompok atau sekampung ke pihak yang mengundang dengan maksud memberi makan pihak pemamanen, dan pihak pemamanen membawakan peulawat (uang) serta bawaan tebu (kado) kepada pihak yang dituju.

Dulunya kata orang-orang tua dikampung, setiap pemamanen sebagai barang bawaan kepada pihak yang dikunjungi (ke tempat pesta) selain pelawat mereka juga membawa tebu untuk diserahkan. Bahkan masih sempat sewaktu saya berusia sekitar 9 tahunan setiap berkunjung ke rumah kakek, kami pernah diberikan tebu sebagai oleh-oleh dibawa ke rumah. Meskipun perkebunan tebu dalam skala besar tidak ada di daerah ini, namun dapat dipastikan bahwa setiap perkebunan maupun perkarangan rumah masyarakat yang ada di wilayah Gayo-Alas, khususnya Kutacane pasti ada menanam Tebu untuk dikonsumsi maupun dijual di pasar.

Pada masa itu tradisi pemamanen membawa bawan tebu.

Pada masa itu tradisi pemamanen membawa tebu ke tempat orang pesta.

Sejarah pembantaian di wilayah Gayo-Alas hanyalah sejarah kelam untuk Aceh Tenggara dan Gayo Lues. Cukup sudah perang dan kekerasan yang terjadi selama ini, kita sebagai masyarakat hanya menginginkan ketenangan dan kenyamanan dalam menjalani hidup yang sementara ini. Sekarang bagaimana kita berupaya agar supaya bisa membangun negeri Lembah Alas ini. Banyak potensi di wilayah ini yang belum digali, baik itu Budaya, Pariwisata, Sumberdaya Alam, kekayaan hutan yang berlimpah yang menjadi kebanggaan kita, deposit tambang yang belum dimanfaatkan, dan masih banyak lagi yang belum digali yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan dan kemajuan daerah Aceh Tenggara, bumi Sepakat Segenep tercinta.

Sampai di sini dulu cerita tentang sejarah singkat tentang asal muasal nama kota Kuta Cane. Jika ada kesalahan dari postingan ini, saya mohon maaf, mohon saran dan masukan demi lebih baiknya blok kita ini.

Referensi:

http://collectie_tropenmuseum_Groepsportret_van_lokale_bestuurders_uit_de_Gajo_en_Alaslanden

http://kaisosogarcia.blogspot.com/2012/05/asal-usul-nama-kutacane.html

http://wikipedia.com